Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Barat (NTB) menaikkan kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh S (50) ke tahap penyidikan. S merupakan kader sekaligus bakal calon legislatif (bacaleg) PDIP daerah pemilihan Sekotong Lombok Barat.
"Sudah naik ke tahap penyidikan. Saksi korban akan diperiksa di Unit PPA Ditreskrimum Polda NTB," kata Kabidhumas Polda NTB Kombes Arman Asmara Syarifuddin, Kamis (20/7/2023).
Sebelumnya, S diamuk massa hingga babak belur dan kini masih dirawat intensif di RSUD Tripat Gerung, Lombok Barat. Warga geram lantaran S diduga memerkosa anak kandungnya berinisial I (16). Amuk massa terhadap S terjadi di Desa Sekotong Tengah, Kecamatan Sekotong, Minggu (16/7/2023) sekitar pukul 14.00 Wita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arman, pemeriksaan terhadap I selaku saksi korban juga akan dibuatkan berita acara interogasi. "Saksi korban dugaan kasus asusila diperiksa didampingi psikologi eksternal dan dari LPA Mataram," ujar Arman.
Arman menegaskan kasus dugaan pemerkosaan yang awalnya ditangani Polres Lombok Barat, kini diambil alih Polda NTB. Pada saat proses penyelidikan, kata Arman, Polres Lombok Barat telah meminta keterangan dari dua orang saksi. "Di antaranya, saksi korban dan pihak pelapor, yaitu kakak korban," katanya.
Sebelumnya, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram memberi pendampingan terhadap I. Kondisi I disebut mengalami trauma dan tertekan. I merasa dirinyalah penyebab ayahnya diamuk warga hingga bonyok.
"Yang dipikirkan adalah kondisi bapaknya sekarang, bukan kejadian sebelumnya. Mengetahui bahwa bapaknya mendapati kejadian seperti itu karena persoalan yang melibatkan dia, itu yang membuat kayak ada penyesalan," kata Kepala LPA Mataram Joko Sumad, Rabu (19/7/2023).
Dari hasil pendalaman LPA Mataram, Joko mengungkapkan I membantah disetubuhi oleh ayahnya. "Nggak diakui sama sekali (persetubuhan oleh ayahnya). Anak tidak mengakui, sejak awal pemeriksaan. Di sisi lain, anak ini sangat lekat dengan bapaknya, apalagi sejak orang tuanya bercerai dan ibunya menikah lagi," papar Joko.
Lebih jauh, tim LPA Mataram juga telah mengawal kasus tersebut sampai dilakukan tes kehamilan di Puskesmas Sekotong. Hasilnya negatif, alias I tidak hamil. "Yang dituduhkan hamil itu tidak ada, Puskesmas sudah tes, tim kami yang mendampingi hasilnya negatif," tandas Joko.
(iws/hsa)