Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Prof Dr Tatacipta Dirgantara mengatakan, Rasyid meninggal pada Selasa (6/6) kemarin karena mengalami kecelakaan.
Saat itu dia menjelaskan, Rasyid bersama rekannya yang tergabung dalam UKM Aksantara ITB sedang menguji coba pesawat tanpa awak di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
Saat itu, Rasyid diketahui sedang bersiap untuk mengikuti perlombaan KRT (Kontes Robot Terbang) dengan membuat pesawat tanpa awak bersama UKM Aksatara. Pesawat itupun telah selesai dirakit dan siap dilombakan.
Namun saat melakukan uji coba, cuaca sedang hujan dan membuat tanah di Laund Sulaiman basah. Kondisi tanah yang basah itu membuat pasak dari alat pelontar pesawat tanpa awak tercabut dan mengenai tubuh Rasyid.
"Selasa sore itu hujan ya, kemudian sesudah reda mereka kemudian mencoba. Tapi karena hari Senin, Selasa hujan jadi tanah itu basah, jadi dia menancapkan pasak ke tanah. Jadi karena basah, nggak kuat," jelas Tatacipta, Rabu (7/6/2023).
"Ketika pelontar itu ditarik, pasaknya tercabut dari tanah, karetnya kena orang. Mengenai dua orang, yang satu nggak kenapa-kenapa, hanya kena tangan. Satu lagi (Rasyid) kena area yang fatal," ungkapnya.
Tanah yang basah itulah menurutnya yang jadi penyeban utama kecelakaan, hingga membuat Rasyid meninggal. Sebab dia memastikan, pesawat tanpa awak dalam kondisi baik dan siap terbang.
"Itu pesawatnya mau uji coba, pesawatnya mah nggak ada masalah, tapi yang masalah pelontar pesawatnya itu loh," tandasnya. (bba/yum)