Berikut rangkuman detikJabar mengenai 5 fakta duel para pelajar di Kabupaten Bandung tersebut:
Viral di Media Sosial
Aksi mereka yang tengah berduel di bangunan kosong sebuah perumahan, terungkap setelah potongan videonya viral di media sosial. Mereka saling baku hantam sambil mengenakan seragam.
Kemudian pada video kedua, terlihat para pemuda tidak mengenakan seragam melakukan aksi baku hantam. Mereka terlihat nampak saling balas pukulan. Namun pada akhirnya ada salah satu yang mengenakan pakaian hitam melerai yang tengah baku hantam.
Dari video yang ketiga, terlihat anak-anak tersebut berkumpul dengan membentuk lingkaran. Kemudian setelah itu ada beberapa orang yang melakukan aksi baku hantam.
Resahkan Warga
Warga setempat sekaligus Ketua Karang Taruna, Aking mengatakan peristiwa tersebut bermula saat adanya salah satu keluarga yang mendapatkan sebuah video perkelahian tersebut. Kemudian video tersebut tersebar di sosial media.
"Mereka mau melaporkan bahwa terjadi tindakan perkelahian disini antar pelajar, karena di lihatnya sama warga pada pake seragam sekolah disini rame rame dan di lihat dari videonya pada berantem," ujar Aking saat ditemui detikJabar di Komplek GBI, Selasa (5/9/2023).
Aking mengungkapkan peristiwa perkelahian itu kerap terjadi di lokasi tersebut. Namun, kata dia, baru kali ini disertai dengan videonya.
"Iyah video itu terjadi, Senin tanggal 4 September 2023, kejadiannya pulang sekolah. Beberapa kali lah dipakai di sini dan tempat ini dipakai untuk perkelahian," katanya.
Aksi tersebut meresahkan warga sekitar. Apalagi, warga sekitar mengkhawatirkan perkelahian tersebut meluas.
"Iya meresahkan karena sering kejadian disini terus warga sekitar juga merasa terganggu gitu karena khawatir keributannya jadi melebar ke warga," ungkapnya.
Bukan Tawuran
Kepala Sekolah SMPN 2 Bojongsoang Euis Hasanah kemudian memberikan penjelasan mengemai aksi anak didiknya itu. Ia mengungkap, peristiwa tersebut terjadi di luar jam sekolah.
"Itu memang di video adalah siswa kami. Kejadiannya Senin (4 September 2023) sepulang sekolah," ujar Euis, saat ditemui di kantornya.
Euis menegaskan peristiwa tersebut bukan tawuran. Menurutnya para siswa hanya iseng. "Jadi mereka pulang biasa bareng, katanya pergi ke sekolah juga bareng. Jadi kemarin itu mereka spontan, sambil ngabring, ngobrol, lalu 'hayu ah ke bangunan situ' lalu dari situ kumpul-kumpul, 'ah hayu urang gegelutan atau main-main'. Cuma memang main-mainnya kurang bagus," katanya.
Tepis Isu Syarat Masuk Geng Motor
Euis menepis kabar aksi baku hantam tersebut merupakan salah satu syarat untuk masuk geng motor. Kata dia, para pelajar tersebut adalah teman dekat.
"Itu tidak benar (ospek geng motor). Karena kebetulan tadi malam kami bertemu langsung dengan pak kanit, dan berkomunikasi dengan berbagai pihak, pak kades, pak RW, pak Camat, dari Dinas Pendidikan," jelasnya.
"Ternyata tadi pagi alhamdulillah orang tua datang, kepala desa datang, tokoh masyarakat ada, semua siswa yang ada di video itu datang. Jadi setelah konfirmasi dengan mereka, saya tanya kepada siswa tidak ada perpeloncoan untuk masuk salah satu geng," tambahnya.
"Makanya kalau kita perhatikan di video, ada siswa yang jatuh tidak langsung dipukuli terus, tapi mereka bantu bangun. Itu salah satu bukti bahwa mereka itu hanya main-main," bebernya.
Dari pemeriksaan terdapat puluhan siswa yang terlibat dalam kejadian ini. "Ini ada 23 siswa kami. Ada yang melakukan, ada yang hanya menonton, ada yang memvideo," ungkapnya.
Orang Tua Dipanggil ke Sekolah
Pihak sekolah telah melakukan mediasi bersama para orang tua yang bersangkutan dan pemerintahan setempat. Pada pertemuan tersebut telah membuat surat perjanjian bagi para anak-anak tersebut.
"Tadi para siswa sudah membuat surat pernyataan. Diketahui oleh orang tuanya, di atas materai, bahwa mereka tidak akan mengulangi perbuatan itu. Jadi pihak sekolah memberikan sanksinya sanksi ringan yah. Karena memang beberapa dari mereka itu baru mengikuti gini-ginian, itu juga mungkin karena adanya ajakan secara spontan lagi," tegasnya.
"Mudah-mudahan saya berharap, saya tidak sempat memberikan sanksi yang memberatkan mereka. Saya meminta mereka tetap ke sekolah, masuk ke kelas. Jika ada teman yang bertanya, mereka harus siap menjelaskan dan meminta maaf atas keresahan ini," pungkasnya. (ral/orb)