Pilu menimpa Mamay (30) warga Dusun Cipeureu, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugeul, Kabupten Sumedang. Wanita yang berprofesi sebagai PNS di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sarang Tengah meninggal dunia bersama bayinya saat proses persalinan di RSUD Sumedang.
Berikut 7 fakta terkait kejadian tersebut:
Kronologi Kejadian
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ardiansyah Apandi (30) yang merupakan suami korban menceritakan bagaimana kronologis awal terkait istrinya yang meninggal dunia saat proses persalinan di RSUD Sumedang.
"Awalnya pada Sabtu (30/9) sekitar Pukul 08.00 pagi, saya dan istri pergi ke Puskesmas Cibugel mau cek kandungan karena kebetulan sudah lewat hari (hari perkiraan lahiran)," kata Ardiansyah yang juga seorang guru (honorer) di SDN Nanjungmekar Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung saat dikonfirmasi detikJabar.
Ardiansyah mengungkapkan, pihak Puskesmas kemudian menyarankan agar istrinya diperiksakan ke dokter kandungan terlebih dahulu.
"Lalu kami pun pergi ke daerah Ganeas untuk menuju dokter Dani, kata dokter Dani 'ini mau empat hari apa sekarang dirujuknya?', jawab saya 'yang terbaik saja soalnya istri saya saat lahiran anak pertama juga sulit keluar waktu di AMC (rumah sakit), sampai harus di vakum, sekarang kondisinya sama seperti anak saya yang pertama, sudah lewat hari," ungkapnya.
Mamay pun kemudian dirujuk ke RSUD Sumedang dan masuk ruangan bidan di RSUD Sumedang pada sekitar pukul 20.00 WIB. Kepada Ardiansyah bidan memberikan penjelasan bahwa istrinya harus diinduksi.
Ardiansyah pun saat itu meminta kepada bidan agar segera melakukan tindakan darurat jika setelah diinduksi tidak ada reaksi atau sang bayi tidak kunjung keluar dari rahim sang ibu.
"Saya pun menegaskan kepada bidan saat itu, kalau semisal 10 jam setelah diinduksi bayinya tidak kunjung keluar, mohon tindakan yang terbaik, mau caesar atau vakum yang penting selamat dua-duanya, soalnya saya trauma kejadian anak pertama, tolong catat ya itu bu bidan, tegas saya demikian," ungkap Ardiansyah.
Dilakukan Induksi
Mamay pun dilakukan induksi, Sabtu (30/9) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Kemudian pada Minggu (1/10) pagi sekitar pukul 09.00 WIB, Mamay pun akhirnya dimasukan ke ruang persalinan.
"Saya saat itu melihat istri masih kuat, masih bisa makan, bisa ngobrol, masih biasalah," tuturnya.
Menurut Ardiansyah, sekitar pukul 10.30 WIB, istrinya mulai merasakan sakit-sakitan serta mengaku tidak tahan oleh rasa sakit yang dirasakannya. Namun nahas, istrinya saat itu malah dimarahin oleh bidan yang ada di sana.
Puncak kekesalan Ardiansyah terjadi pada sekitar pukul 11.00 WIB lebih, sebab istrinya saat itu akan diberi dikasih obat induksi kembali. Padahal obat tersebut sudah yang keempat kalinya.
"Kata saya, jangan dikasih-kasih obat induksi terus, sudah lakukan tindakan saja mau caesar atau bagaimana, yang penting ada yang selamat, soalnya jam 11.00 kurang, kepala bayi itu sudah kelihatan, cuma masuk lagi ke dalam," jelas Ardiansyah.
Suami Minta Mamay Segera di Cesar
Kekesalan Ardiansyah bertambah kala bidan malah menyodorkan surat yang harus ditanda tanganinya sebagai persetujuan atas pemberian obat induksi pada sekitar pukul 12.00 WIB.
"Saya waktu itu nggak mau tandatangan kalau tidak ada tindakan, tanda tangan buat apa lagi, kata bidannya untuk dikasih obat, terakhir induksi, kalau sudah 4 jam tidak berhasil baru caesar," tuturnya.
Ardiansyah saat itu memohon-mohon kepada bidan agar istrinya dapat segera mendapatkan penanganan darurat. Namun, ia malah mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan.
"Jangan nunggu sampai empat jam, ini kan sudah kritis banget, sudah darurat, lalu bidannya jawab 'dokternya lagi ada pasien operasi dan udah waktu istirahat mau makan," terangnya .
Hingga pada pukul 12.30 WIB, istri Ardiansyah pun belum mendapatkan tindakan darurat apa pun. Namun setelah istrinya kedapatan kehabisan tenaga dan sudah tidak bergerak, barulah kemudian dimasukan ke ruang operasi.
"Dokter saat itu baru tampak bolak-balik, sementara saya saat itu sudah pasrah karena saya tahu bagaimana keadaan istri," ungkapnya.
Kekesalan Ardiansyah kembali muncul saat mengetahui bahwa di ruang operasi masih ada dua pasien yang juga belum dilakukan tindakan apa pun. Padahal sebelumnya, seorang bidan mengatakan kepadanya bahwa dokter sedang sibuk mengoperasi pasien.
"Padahal sebelumnya bidannya bilang bahwa dokternya lagi mengoperasi pasien tapi ternyata ada dua pasien di ruang operasi yang belum diapa-apain," tuturnya.
Mamay Meninggal dengan Sang Bayi
Bagai tersambar petir di siang hari, Andriansyah mendapatkan kabar buruk jik sang istri dengan kondisi anak masih didalam kandungan dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 13.14 WIB.
"Bayi belum keluar, yang saya sangat sakit hati itu bayi belum keluar masih dalam kandungan. Nggak dikeluarin anak saya juga. saya belum tahu muka anak saya kayak gimana gitu, belum di foto," ujar Ardiansyah.
Jenazah istrinya pun saat itu diminta untuk segera dibawa pulang dengan alasan lantaran mobil ambulans akan segera digunakan. Bahkan Ardiansyah diharuskan membayar ongkos ambulans sebesar Rp 635.000.
Jenazah dibawa menggunakan ambulans sekitar pukul 14.00 WIB dan tiba di rumah duka sekira pukul 15.00 WIB lebih. "Kalau rumah sakitnya gratis karena pakai BPJS," katanya.
Bawa Kasus ke Ranah Hukum
Andriansyah berencana akan membawa kasus meninggal istrinya itu ke ranah hukum. Hal itu dilakukan agar kejadian serupa tidak menimpa warga Sumedang lainnya.
"Saya mau nuntut ke pihak rumah sakit, kalau dokter mau minta maaf, saya legowo tapi kalau dalam dua hari tidak minta maaf, saya mau ke ranah hukum karena ini keteledoran pihak rumah sakit," tuturnya.
Keterangan RSUD Sumedang
Direktur Utama (dirut) RSUD Sumedang dr. Enceng memberikan klarifikasinya terkait meninggalnya Mamay (30) bersama bayi yang dikandungnya.
Menurutnya bahwa pada saat proses persalinan ada beberapa tahapan kaitannya dengan posisi kepala sang bayi. Namun yang terjadi pada bayi sang pasien saat itu posisinya tidak berubah atau tidak turun.
"Ada step satu, dua dan step tiga, jadi harus turun kepalanya, jadi pada kondisi ini bayi sang pasien tidak turun sebagaimana mestinya atau standarnya, jadi maksimalnya (ditunggu) satu jam," terang Enceng kepada sejumlah wartawan di RSUD Sumedang, Selasa (3/10).
Menurutnya, sekitar pukul 10.00 WIB sampai 11.00 WIB, Minggu (1/10) kondisi sang pasien diketahui telah mengalami kelelahan.
"Dan kurang lebih jam 11.35, itu terjadi keadaan umum yang mana ibu itu kesadarannya menurun," ujarnya.
Sempat Diberi Ventilator
Mamay akhirnya dilarikan ke ruang ICU agar mendapatkan ventilator atau alat bantu pernapasan. Namun sayang, nyawa pasien saat itu tidak dapat tertolong.
"Pasien meninggal di ruang ICU pada sekitar jam 13.04," ucapnya.
Sementara terkait penyebab pasti dari kematian sang pasein dan bayinya sendiri, sejauh ini belum diketahui secara pasti oleh pihak rumah sakit.
"Namun berdasarkan jurnal dari rumah Sakit Umum Dr. Sarjito, berupa jurnal, itu akibat emboli air ketuban," pungkasnya.
(wip/dir)