Keluarga pasien sebuah klinik persalinan di Tasikmalaya akhirnya memilih mengadu ke polisi, menyusul kasus meninggalnya bayi yang baru dilahirkan.
Pihak keluarga pasangan Erlangga Surya (23) dan Nisa Armila (23) warga Leuwimalang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya itu, mensinyalir adanya dugaan malapraktik yang mengakibatkan bayi mereka meninggal dunia. Selain itu pihak keluarga juga mengaku mendapatkan pelayanan yang relatif buruk.
"Siang tadi sudah melapor ke Polres Tasikmalaya Kota. Alhamdulillah pengaduan kami diterima," kata Nadia Anastasya, kakak kandung Erlangga, Senin (20/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadia mengatakan pihaknya telah menyampaikan kronologis kejadian itu kepada polisi dan berharap pihaknya bisa mendapatkan keadilan atas apa yang menimpa adiknya. "Sudah saya jelaskan semuanya. Mudah-mudahan ada keadilan bagi kami," kata Nadia.
Sebelumnya pihak keluarga juga sudah mengadu ke Dinas Kesehatan atas apa yang menimpa mereka. "Laporan ke Dinkes sudah Kamis minggu lalu, bahkan kami buatkan laporan tertulis. Sudah diterima, kemudian tadi ada pemberitahuan dari Dinkes bahwa mereka akan melakukan investigasi awal ke klinik itu," kata Nadia.
Nadia menegaskan harapan pihak keluarga adalah mencari keadilan serta berharap ada pembelajaran bagi semua pihak atas apa yang menimpa keluarganya. "Kami hanya mencari keadilan, semua ada aturannya, semua ada konsekuensinya. Semoga ini jadi pembelajaran," kata Nadia.
Dia menambahkan pihak klinik sendiri sudah berkali-kali datang ke rumahnya untuk meminta maaf. "Kalau maaf ya saya maafkan, tapi proses hukum dan aturan harus tetap berjalan," kata Nadia.
Sebelumnya Erlangga atau bapak bayi malang tersebut memaparkan kejadian itu berawal ketika Senin (13/11/2023) sore, dia membawa istrinya untuk melahirkan di sebuah klinik di Jalan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
"Pas sore ke sana disuruh pulang lagi karena katanya lahiran masih lama, terus malamnya sekitar jam 8 istri saya mules lagi, akhirnya malam itu lahiran secara normal," kata Erlangga.
Saat terlahir anak pertamanya itu dalam kondisi kurang ideal, bobotnya sekitar 1,5 kilogram.
Saat proses lahiran itu menurut Erlangga pihaknya sudah merasa tak nyaman. Hal itu dipicu sikap perawat yang menurutnya judes, kerap main ponsel dan kurang tanggap.
"Yang membersihkan ibu bayi juga saya, membersihkan bekas darah apa segala macam itu bekas lahiran," timpal Nadia.
Pihak klinik kemudian merawat bayi itu dengan memasukkannya ke dalam inkubator. "Kami yang begadang menunggui, bidan dan perawat malah tidur," kata Nadia.
Saat itu Nadia melihat bayi dimasukan ke inkubator tapi kondisi bayi dibalut kain dan matanya tidak ditutup. "Saya heran tuh, kan biasanya kalau diinkubator bayi dalam keadaan telanjang dan matanya ditutup agar matanya aman," kata Nadia.
Besok paginya atau Selasa (14/11/2023) pihak klinik mempersilahkan pihak keluarga untuk membawa pulang ibu dan bayinya.
"Nah di sana kami kaget, antara percaya dan tidak, apa iya bayi dalam kondisi seperti ini bisa dibawa pulang," kata Erlangga.
Namun pada akhirnya Erlangga dan keluarga membawa pulang bayinya. Dia juga membayar biaya persalinan Rp 1 juta padahal mereka menggunakan Kartu Indonesia Sehat.
"Pakai KIS tapi masih harus bayar Rp 1 juta. Nah anehnya lagi tidak ada berkas catatan medis, surat kontrol bahkan kuitansi pembayaran pun tidak ada kami terima," kata Erlangga.
Dia mengakui saat itu tak sempat mempertanyakan karena pikirannya fokus ke istri dan anaknya.
"Saya sudah senang ada cucu baru, tapi pas dilihat kondisinya memang agak kebiruan dan bobotnya kecil. Tapi karena klinik menyebut sehat ya kami percaya saja," tambah Tati Nurhayati ibu kandung Erlangga atau nenek bayi itu.
Selanjutnya pada Selasa malam itu, kondisi bayi tiba-tiba memburuk. Bayi laki-laki itu seperti tak sadarkan diri atau tak menunjukan respons. "Akhirnya sekitar jam 10 malam saya bawa lagi ke klinik. Ternyata klinik tutup, padahal klaim mereka layanan 24 jam," kata Erlangga.
Setelah gerbang digedor-gedor akhirnya ada pegawai yang menerima. Setelah sempat diperiksa, mereka menyatakan bayi telah meninggal. "Lagi-lagi tidak ada penjelasan atau dokumen yang kami terima. Karena masih penasaran akhirnya langsung saya bawa ke rumah sakit. Ya memang sudah meninggal dunia," kata Erlangga.
Namun yang kian membuatnya sedih adalah penjelasan dari tim medis rumah sakit yang mengatakan bahwa bayi dalam kondisi seperti ini idealnya tetap dirawat di inkubator.
"Jadi petugas rumah sakit itu heran, kenapa katanya bisa dibawa pulang, harusnya tetap di inkubator. Ini yang membuat saya sakit hati dan ingin mempertanyakan kenapa klinik saat itu menyuruh pulang," kata Erlangga.
Hal serupa juga dirasakan oleh anggota keluarga yang lain, sehingga keesokan harinya mereka mendatangi klinik itu untuk meminta penjelasan. "Tapi kami lagi-lagi tak dilayani dengan baik," kata Erlangga.
Sementara itu pada Kamis (16/11/2023) siang, detikJabar berusaha meminta tanggapan dari klinik A yang berada di Jalan Bantarsari Kota Tasikmalaya itu. Kala itu petugas klinik meminta nomor kontak dan menyatakan akan memberikan tanggapan.
"Untuk saat ini pihak pemilik belum bisa memberi tanggapan, sementara kami meminta kontak saja dulu, biar nanti kami hubungi," kata salah seorang petugas.
Paur Humas Polres Tasikmalaya Kota Ipda Jajang Kurniawan membenarkan pihaknya telah menerima laporan dari keluarga korban. Pengaduan korban diterima pada Senin (20/11/2023) kemarin. Kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan.
"Kami menerima pengaduan Senin kemarin. Lalu pagi tadi tim dari Satreskrim berangkat ke rumah keluarga korban. Kami jemput bola karena ibu bayi masih dalam keadaan lemah usai melahirkan," kata Jajang.
Sementara itu terkait duduk perkara dan materi kasus ini, Jajang belum bisa memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Untuk perkaranya sendiri, saat ini sedang didalami oleh anggota Reskrim," kata Jajang.
(yum/yum)