Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meresmikan Serambi Buya Syafii Maarif bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Lokasinya di kompleks Perumahan Nogotirto, Gamping, Sleman.
Serambi Buya Syafii merupakan rumah kediaman almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif yang sejak 1 Oktober 2022 dikelola Suara Muhammadiyah. Serambi Buya Syafii dimaksudkan sebagai rumah intelektual dan tempat persemaian gagasan bagi semua kalangan.
Di tempat ini, nilai-nilai Buya Syafii ingin dihidupkan kembali dan ditularkan kepada generasi bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini ruang publik bagi masyarakat yang ingin lebih mengenal Buya (Syafii). Jadi bagi yang ingin mengenal Buya (Syafii), baik koleksi bukunya dengan karya-karyanya," kata Haedar di lokasi, Kamis (10/11/2022).
Rumah tersebut menyimpan benda yang biasa digunakan Buya serta 9.000 koleksi judul buku koleksi Buya Syafii dengan beragam tema. Bacaan ini berguna untuk mengetahui bingkai pemikiran sosok guru bangsa ini.
Tak hanya karya dan koleksi buku Buya, ada juga benda-benda pribadi dari Buya Syafii. Seperti sepeda yang sering digunakan oleh Buya Syafii sehari-hari, hingga tongkat milik Buya Syafii.
"Seperti museumlah gitu. Sekaligus karya dari berbagai pihak yang jadi referensi Buya," ungkapnya.
Buya Syafii di Mata Haedar Nashir
Buya Syafii, dalam ingatan Haedar, merupakan pendidik yang mengajarkan sejarah. Haedar mengaku dari Buya dia belajar banyak hal, terlebih tentang Muhammadiyah.
"Kita perlu belajar dari perjalanan hidup Buya dan tokoh-tokoh lain, yang kita hanya mengingatnya di ujung ketika sudah berada di cakrawala tertinggi. Tapi orang tidak banyak tahu, dan tidak mau belajar bagaimana merayap dari bawah," ucapnya.
Merayap dari bawah dan berangkat dari nol ini merupakan kisah yang melekat pada perjalanan hidup Buya Syafii. Oleh karena itu, menurut Haedar, kader yang terlahir di era kini harusnya lebih bersyukur dan lebih mampu mengakses ilmu dengan segala kemudahan yang disediakan oleh zaman.
Ingatan kedua Haedar terhadap Buya Syafii sebagai sosok yang mampu membungkus ketegasan, rasionalitas dengan humanis. Hal itu tercermin dari keseharian Buya Syafii yang menjalani hidup dengan santai. Meski menjadi tokoh besar, namun Buya Syafii tidak berjarak dengan realitas, dirinya 'mudah dijangkau' oleh siapa pun.
"Jadi siapa pun itu, tetapi jadi manusia biasa yang memancarkan humanism. Humanism-nya juga biasa, tidak dibuat-buat, dan itulah autentisitas yang selalu diajarkan beliau," ungkapnya.
Selengkapnya di halaman berikut...
Pelajaran ketiga dari Buya Syafii adalah sosok yang mempraktikkan demokrasi.
"Beliau sangat gandrung dengan demokrasi, tetapi juga beliau mempraktikkan demokrasi itu dalam sikap egalitarian. Beliau sangat resah ketika melihat tokoh yang begitu menyuarakan demokrasi, bahkan dielu-elukan menjadi tokoh demokrasi, tetapi begitu dikritik marah," ungkapnya.
Buya Syafii juga mengajarkan supaya tidak melawan kritik dengan sikap otoritarian, baik otoritarian personal maupun institusional. Menurut Haedar itu merupakan kunci dari praktik demokrasi.
"Ketika negara dan orang di negara itu yang memegang kunci kekuasaan, ketika dikritik bisa lapang hati atau tidak melawan kritik dengan penjara, tidak melawan kritik dengan intimidasi, tidak melawan kritik dengan kriminalisasi halus maupun terbuka," ungkapnya.
Sementara itu, Manajer Pusat Data dan Litbang Suara Muhammadiyah, Isngadi Marwah Atmaja, mengatakan Serambi Buya Syafii ini akan berada di Perumahan Nogotirto selama 2 tahun. Kemudian akan dipindah ke tempat yang lebih representatif.
"Kita ada tanah tapi kayaknya kurang memenuhi syarat. Nanti kita mau nyari dekat-dekat kota, kalau bisa (di jalan) Ahmad Dahlan ya," kata Isngadi.