Pernikahan dengan Maskawin Linggis yang Sederhana Tapi Filosofis

Pernikahan dengan Maskawin Linggis yang Sederhana Tapi Filosofis

Denza Perdana - detikJatim
Senin, 06 Feb 2023 11:23 WIB
Samsul dan Sumiati yang menikah dengan maskawin linggis
Pasangan Samsul dan Sumiati asal Tongas, Probolinggo yang menikah dengan maskawin Linggis. (Foto: M Rofiq/detikJatim)
Probolinggo -

Pasangan itu menikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tongas, Probolinggo pada Jumat (3/2). Tak ada acara yang istimewa. Tapi yang membuat pernikahan ini spesial adalah pemilihan linggis sebagai maskawin yang ternyata sarat filosofi.

Mereka yang menikah hari itu adalah Samsul Mukmin (46) dengan Sumiati (45). Keduanya sama-sama janda dan duda yang merupakan warga Tongas, Probolinggo. Setelah menikah mereka tinggal bersama sebagai suami istri di sebuah rumah sederhana di Desa Dungun, Tongas.

Samsul menjelaskan dirinya memilih linggis sebagai maskawin untuk meminang dan menikahi Sumiati itu bukan tanpa alasan. Keduanya sama-sama memiliki kenangan pilu ditinggal pergi untuk selamanya oleh pasangan masing-masing sebelum mereka bertemu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Samsul, linggis adalah perkakas wajib yang harus dimiliki setiap rumah tangga di dusunnya. Karena alat itu serba guna, selain itu alat yang terbuat dari besi kokoh itu bersifat sangat kuat.

Karena alasan itulah ia memilih linggis sebagai maskawin untuk meminang Sumiati. Dia berharap dalam pernikahan itu dirinya dengan Sumiati bisa saling menguatkan sebagai suami dan istri hingga pernikahan mereka kekal dan abadi.

ADVERTISEMENT

"Saya memilih linggis untuk mahar agar pernikahan dengan istri kedua ini bisa kekal dan abadi hingga akhir hayat," kata Samsul ketika ditemui detikJatim di rumahnya Minggu (5/2/2023).

Tak hanya melambangkan kekuatan dan serba guna, Samsul mengatakan bahwa linggis sendiri juga bisa menjadi alat untuk membangun rumah. Seperti halnya dirinya dan Sumiati yang sedang membangun rumah tangga.

"Selain itu linggis bisa digunakan untuk membangun rumah," ujar pria yang telah memiliki 2 anak dari pernikahannya dengan istri sebelumnya itu.

Di luar makna filosofis pemilihan linggis sebagai maskawin, Samsul dan Sumiati memang berencana membangun tempat tinggal mereka di Desa Dungun, Tongas, Probolinggo agar lebih nyaman ditempati. Mereka pun berharap mendapatkan rezeki lebih.

Untuk itu Samsul menegaskan, bukan berarti ketika memilih linggis yang melambangkan kekuatan dan kekohan dirinya merasa kuat dan serba guna. Sebaliknya, dia justru mengaku serba tidak mampu sehingga harus tetap percaya dan berserah diri kepada Tuhan.

"Meski simbol linggis ini kuat, saya tetap percaya kepada Allah SWT yang akan memberikan rezeki bagi kami setelah berumah tangga," kata Samsul.

Sama halnya dengan pernikahan mereka yang sederhana, pertemuannya dengan Sumiati hingga akhirnya memutuskan untuk menikah juga terbilang sederhana. Beberapa waktu setelah istrinya meninggal, samsul dikenalkan dengan Sumiati yang juga seorang janda oleh temannya.

"Istri meninggal, ada teman kenalkan saya dengan wanita sudah janda. Menjalin hubungan 3 bulan, akhirnya Sumiati saya ajak nikah," ujarnya.

Sumiati menerima pinangan Samsul tanpa syarat yang muluk-muluk. Dia menerima pinangan sederhana itu karena mengenal Samsul sebagai pria yang baik dan bertanggung jawab.

Bahkan ketika Samsul menyampaikan maksud menikahinya dengan maskawin linggis, Sumiati pun mengaku tidak keberatan. Terutama setelah dia tahu maksud di balik pemilihan linggis itu memang baik. Maka jadilah, duda dan janda ini mengikat tali pernikahan yang suci dengan maskawin linggis.

Tapi sebenarnya tidak hanya linggis, dalam akad nikah yang sederhana itu Samsul juga menambahkan maskawin berupa uang senilai Rp 100 ribu yang diterima Sumiati dengan penuh kebahagiaan.




(dpe/iwd)


Hide Ads