Viral pengakuan mantan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pamekasan dimutasi usai memprotes kebijakan sekolah. Guru itu protes karena sekolah mewajibkan siswanya membayar Rp 500 untuk sekali masuk ke toilet.
Guru yang diketahui bernama Mohammad Arif itu menilai bahwa kebijakan itu tidak pantas diterapkan kepada siswa meski yang diterapkan hanya Rp 500 untuk sekali masuk toilet.
Selain karena dirinya kasihan dengan siswa yang dibebani biaya untuk toilet, menurutnya MAN 1 merupakan sekolah negeri yang berada di bawah naungan Kementerian Agama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhirnya usai menyuarakan hati nuraninya dalam salah satu kesempatan rapat sekolah, kemudian muncul surat keputusan dari Kanwil Kemenag bahwa dirinya dimutasi ke sekolah lain.
"Saya sepulang umrah tiba-tiba dapat surat keputusan mutasi. Kok bisa seperti itu? Kan saya nggak pernah minta, sayang nggak pernah usul," ujar Arif dalam video viral, Jumat (22/9/2023).
Arif mengklaim bahwa SK Mutasi dirinya disetujui Kepala MAN 1 Pamekasan No'man Afandi dan ditandatangani Kakanwil Kementerian Agama. Melalui SK itu Arif dimutasi ke sekolah Miftahul Sudur, di Kecamatan Proppo.
Mengenai toilet berbayar Rp 500 sekali masuk yang diprotes Arif, No'man Afandi selaku Kepala sekolah MAN 1 Pamekasan buka suara. Dia awali dengan meminta maaf dan menyampaikan penjelasan.
Dia jelaskan bahwa sejak kali pertama dirinya menjabat pada 2018, dia menilai sekolah yang dipimpin tidak layak dan perlu ada pembenahan. Salah satunya adalah kamar mandi atau toilet.
No'man pun mengklaim bahwa kamar mandi sekolah itu kerap disalahgunakan oleh siswa. Sering menjadi tempat siswa untuk merokok, bahkan bak kamar mandi itu dikencingi sehingga menimbulkan bau tidak sedap.
"Itu wajar bagi anak-anak, dan ini perlu pembinaan. Kadang anak-anak itu buang air besar tidak disiram, sehingga bau," kata No'man saat dikonfirmasi wartawan.
Menurutnya, toilet yang perlu pembenahan dan berbau tidak sedap itu adalah toilet khusus siswa laki-laki saja. Sedangkan toilet khusus siswa perempuan tidak ada masalah.
"Dalam rangka pembelajaran dan pembentukan karakter, kami terapkan untuk sementara kamar mandi laki-laki itu berbayar Rp 500. Alhamdulillah setelah itu anak-anak menjadi tertib, tidak menjadikan kamar mandi untuk tempat berlindung (sembunyi)," ujarnya.
Sejak kebijakan itu diterapkan dia mengklaim bahwa siswa yang mulanya sekadar menghindari pelajaran di kamar mandi menjadi berpikir 2 kali. Yang ke kamar mandi hanya mereka yang memang membutuhkan.
"Misalnya ada siswa yang mau ke kamar mandi tapi tidak punya uang, kami sudah pesan, tetap izinkan. Karena ini hanya untuk pembentukan karakter. Alhamdulillah setelah 3 minggu diterapkan, kebiasaan anak-anak berubah. Jadi sudah diterapkan lagi," ujarnya.
Sedangkan untuk uang yang telah terkumpul dari siswa, terutama siswa laki-laki yang diwajibkan membayar, No'man mengklaim bahwa seluruhnya diserahkan ke masjid.
"Uangnya kami serahkan ke masjid supaya menjadi amal jariah para siswa ini. Jadi kami tidak ada kepentingan apa-apa selain untuk melakukan pembinaan, pembentukan karakter. Supaya kebiasaan buruk mereka itu tidak diulangi lagi," kata No'man.
Sebelumnya, Mohammad Arif yang pernah menjabat Wakil Kepala Kesiswaan di MAN 1 Pamekasan mengaku dirinya memprotes kebijakan itu karena menurutnya itu tidak pantas.
Video yang memuat keluh kesah Arif itu diunggah salah satu akun YouTube dan telah ditonton lebih dari 4 ribu kali. Di video itu Arif menilai kebijakan sekolah itu tidak pantas.
"Saya kira ini tidak pantas diterapkan karena sekolah MAN 1 telah dibiayai negara," kata Arif.
Selain itu, dirinya juga mengaku merasa kasihan kepada siswa. Karena itulah dia menyuarakan hati nuraninya dalam rapat sekolah.
(dpe/fat)