Profil Chairil Anwar, Sosok di Balik Peringatan Hari Puisi Nasional

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Jumat, 28 Apr 2023 06:20 WIB
Foto: detikcom/Ilustrasi: Luthfy Syahban
Makassar -

Hari Puisi Nasional diperingati pada 28 April setiap tahunnya. Tujuan peringatan Hari Puisi Nasional ini mengenang sosok penyair Chairil Anwar.

Hari Puisi Nasional diperingati bertepatan dengan tanggal wafat Chairil Anwar, yakni 28 April 1949. Kendati demikian terdapat kontroversi terkait peringatan hari puisi ini.

Terdapat pula pendapat bahwa peringatan Hari Puisi di Indonesia diperingati pada 26 Juli, merujuk pada tanggal lahir Chairil Anwar pada 26 Juli 1922.


Mengutip jurnal Universitas Brawijaya berjudul Nasionalisme Chairil Anwar (Studi Hermeneutika Filosofis pada Puisi-puisi Chairil Anwar), Hari Puisi Nasional yang diperingati 26 Juli pertama kali dideklarasikan pada 22 November 2012 oleh Sutardji Calzoum Bachri selaku Presiden Penyair Indonesia didampingi 40 penyair se-Indonesia.

Terlepas dari kontroversi tanggal peringatan hari puisi, semuanya tidak lepas dari sosok Chairil Anwar. Lantas, siapakah sebenarnya Chairil Anwar? Berikut ini profil lengkapnya.

Sosok Chairil Anwar

Chairil Anwar merupakan sosok yang memiliki peran penting di bidang sastra Indonesia. Chairil Anwar merupakan sosok pelopor Angkatan '45. Dia berjasa dalam melakukan pembaharuan puisi Indonesia.

Mengutip laman Ensiklopedia Kemdikbud RI, pria yang dijuluki "Si Binatang Jalang" ini lahir di Medan, Sumatera Utara. Ia merupakan putra dari Teoloes bin Haji Manan yang bekerja sebagai ambtenar pada zaman Belanda dan menjadi Bupati Rengat pada zaman Republik tahun 1948. Ibu Chairil Anwar bernama Saleha atau biasa disapa Mak Leha.

Chairil Anwar mengenyam pendidikan dasarnya di sekolah dasar pada masa Belanda, yaitu Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Medan. Setelah tamat dari HIS, Chairil Anwar meneruskan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan, sebuah sekolah setingkat dengan SLTP.

Namun, ia tidak menamatkan MULO Medan itu. Dia hanya sampai kelas satu.

Selanjutnya, ia pindah ke Jakarta dan masuk kembali ke MULO di Jakarta. Walaupun ia masih bersekolah di MULO, buku-buku untuk tingkat HBS (Hogere Burger School) sudah dibacanya.

Di Jakarta, Chairil Anwar hanya dapat mengikuti MULO sampai kelas dua. Setelah itu, Chairil Anwar belajar sendiri (autodidak).

Dia giat belajar bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Hal ini lantas membuatnya dapat membaca dan mempelajari karya sastra dunia yang ditulis dalam bahasa-bahasa asing tersebut.

Jejak Karier Chairil Anwar

Chairil Anwar hidup dengan mendapatkan uang dari hasil menulis sajak. Pengalaman menulis Chairil Anwar dimulai pada tahun 1942 ketika ia menciptakan sebuah sajak yang berjudul "Nisan".

Kecintaan menulisnya tersebut masih terjaga sampai dengan akhir hayatnya. Di tahun 1949 menjelang wafat, ia bahkan menghasilkan enam buah sajak, yaitu "Mirat Muda", "Chairil Muda", "Buat Nyonya N", "Aku Berkisar Antara Mereka", "Yang Terhempas dan Yang Luput", "Derai-Derai Cemara", dan "Aku Berada Kembali".

Chairil Anwar diketahui juga menjajaki karier di bidang penulisan.

Tercatat, pada Januari-Maret 1948 ia bekerja sebagai redaktur majalah Gema Suasana. Namun, karena merasa tidak puas, ia mengundurkan diri dari pekerjaan itu.

Kemudian ia bekerja sebagai redaktur di majalah Siasat sebagai pengasuh rubrik kebudayaan "Gelanggang" bersama dengan Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin.

Chairil Anwar pernah merencanakan untuk mendirikan sebuah majalah kebudayaan yang bernama "Air Pasang" dan "Arena". Sayangnya rencana itu belum juga terwujud hingga ia meninggal dunia.

Rintangan dan Ramalan Chairil Anwar Tentang Dirinya

Namanya tercatat sebagai penyair besar Indonesia ternyata telah diramalkan sendiri oleh Chairil Anwar. Chairil pernah berkata, "Nantilah kalau aku sudah meninggal, mereka akan mengerti. Mereka akan memujaku. Mereka akan mematungkan diriku."

Hal ini ia ucapkan atas rintangan yang dia hadapi dalam perjalanan kariernya.

Rintangan yang dihadapi Chairil tidaklah sedikit. Dia mendapat tantangan dari Sutan Takdir Alisjahbana ketika Sutan Takdir Alisjahbana menolak penerbitan sajak Chairil di Pujangga Baru.

Namun, Sutan Takdir Alisjahbana akhirnya mengakui kebesaran Chairil dan menyebut sajak-sajak Chairil sebagai "sambal pedas" yang "menikmatkan".

Selain itu, pengarang kelompok Lekra pada paruh kedua dasawarsa 1960-an juga hendak menyingkirkannya. Kelompok Lekra itu menghujat Chairil Anwar sebagai penyebar sikap individualis dan wawasan humanisme universal yang dianggap menghambat revolusi dari visi kaum komunis.

Tidak hanya itu, setelah kematiannya pun ada kelompok yang menyebut Chairil Anwar sebagai plagiator atas beberapa karya penyair Amerika, Belanda, dan Cina. Isu plagiarisme yang dilakukan oleh Chairil pertama kali dikemukakan oleh Kumayas. Hal ini kemudian dijadikan bahan kajian tesis oleh Surakhmad pada Fakultas Sastra UGM tahun 1960-an.

Kajian Surakhmad menepis tuduhan plagiarisme atas Chairil. Pamusuk Eneste (1988) mengatakan bahwa ternyata STA, Klara Akustia, Bakri Siregar, dan lain-lain, hanya tidak bisa membendung kebebasan Chairil Anwar.

Kini sejarah telah membuktikan bahwa Chairil Anwar adalah penyair besar Indonesia. Ucapan Chairil Anwar tentang dirinya sendiri pun terbukti.

Koleksi Puisi Chairil Anwar

1. Deru Campur Debu

Koleksi ini berisi 27 puisi. Beberapa diantaranya bercampur dengan terbitan lainnya. Koleksi ini diterbitkan oleh penerbit Pembangunan pada tahun 1949.

2. Kerikil Tadjam Dan Jang Terampas Dan Jang Putus

Koleksi ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi 32 pusi, sementara bagian kedua berisi 11 puisi. Beberapa diantaranya juga bercampur dengan terbitan lainnya.

Koleksi ini diterbitkan oleh Pustaka Rakjat pada tahun 1949.

3. Tiga Menguak Takdir

Koleksi ini merupakan kolaborasi dengan Rivai Apin dan Asrul Sani. Berisi 10 puisi karya Anwar, beberapa diantaranya bercampur dengan terbitan lainnya.

Tiga Menguak Takdir diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1949.

Profil Chairil Anwar

  • Nama Lengkap: Chairil Anwar
  • Tempat, Tanggal Lahir: Medan, 26 Juli 1922
  • Wafat: 28 April 1949
  • Orang Tua:

- Ayah: Teoloes bin Haji Manan
- Ibu: Saleha atau Mak Leha

  • Istri: Hapsah
  • Anak: Evawani Alissa dipanggil Eva
  • Pendidikan:

- Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Medan
- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan
- MULO di Jakarta



Simak Video "Meramu Puisi dengan Rasa"

(alk/urw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork